Senin, 07 Mei 2012

Pendidikan yang Berkualitas Apa Adanya

Jakarta, Kompas - Indonesia memiliki peluang untuk maju pada dua atau tiga dekade mendatang dengan adanya bonus demografi, yakni banyaknya penduduk usia produktif. Namun, potensi besar yang membutuhkan generasi muda terdidik itu menghadapi persoalan serius antara lain kualitas pendidikan yang masih tergolong rendah.

Persoalan ini mengemuka dalam seminar bertajuk ”Pendidikan Indonesia: Harapan dan Kenyataan” yang dilaksanakan SMA Kolese Gonzaga di Jakarta, Sabtu (5/5). Tampil sebagai pembicara, Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Totok Supriyanto, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, Guru Besar Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Anita Lie, dan Guru Besar Universitas Sanata Dharma Paul Suparno.

Anita Lie mengatakan belum ada kesejajaran tujuan politis dengan tujuan pembangunan. ”Anggaran pendidikan besar, tetapi indikator pencapaian pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah,” ujar Anita Lie.

Mengutip data Bank Dunia, Anita Lie menyebutkan, rata-rata lama bersekolah di Indonesia masih 8,0 tahun untuk laki-laki dan 7,5 tahun untuk perempuan. ”Secara gamblang, data ini menunjukkan kegagalan program wajib belajar sembilan tahun yang telah ditetapkan pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Namun, dalam waktu dekat segera akan muncul isu populer wajib belajar 12 tahun. Ini bisa menguntungkan kepentingan politik pemerintah sekarang saja,” kata Anita Lie.

Totok Supriyanto, Direktur Pembinaan SMA Kemdikbud, mengatakan, persoalan pendidikan di negeri ini memang terus muncul meski berbagai upaya juga dilakukan pemerintah.

Paul Suparno menyoroti pendidikan nasional yang belum melaksanakan pendekatan holistik menjadikan manusia Indonesia yang utuh. ”Pendidikan karakter memang dicanangkan dan dijalankan, tetapi belum menjadi bagian dari seluruh pendidikan nasional kita,” ujar Paul.

Daoed Joesoef mengatakan, pendidikan nasional Indonesia mesti bisa berperan untuk membentuk warga bangsa. ”Sistem pendidikan nasional kita perlu menyadari anak didiknya adalah warga Indonesia, bukan anak suku yang lahir di salah satu daerah di Indonesia,” ujarnya. (ELN)

Fakta Tentang Hitler

Hitler dan Homoseksualitas
Hitler selalu menyembunyikan kehidupan pribadinya dengan sangat rahasia, tetapi beberapa orang mengatakan bahwa mereka tahu banyak tentang kehidupan pribadinya menyatakan Dia Homoseksual, ia urusan cinta dengan banyak wanita seperti dengan keponakannya Geli Raubal dan, tentu saja, Eva Braun, Adolf Hitler
Kabar homoseksualitas Hitler telah dibuktikan untuk pertanyaan, oleh sejarawan Jerman Lothar Machtan, yang melakukan penelitian besar-besaran untuk buku barunya yang berjudul The Hidden Hitler, yang menunjukkan peran sentral homoseksualitas dalam kehidupan pribadi Hitler.

Ikan Purba Jenis Baru Kembali Ditemukan


ALBERTA, KOMPAS.com — Keragaman ikan purba Coelacanth bertambah dengan ditemukannya jenis baru dari hasil identifikasi fosil yang tersimpan di museum. Spesies baru tersebut diberi namaRebellatrix.
Coelacanth adalah tipe ikan primitif yang bergerak lambat dan diduga sudah seluruhnya punah sebelum penemuan kembali tahun 1938. Makanya, ikan Coelacanth yang masih eksis saat ini sering disebut fosil hidup karena tidak mengalami perubahan besar dalam 320 juta tahun.
Spesies baru Coelacanth yang ditemukan kali ini berbeda dengan jenis ikan Coelacanth lainnya, baik yang masih eksis maupun yang sudah punah.
Sebagian besar Coelacanth memiliki ekor lebar yang dirancang untuk bergerak dalam jarak pendek setelah memangsa. Kontrasnya, spesies baru Coelacanth ini memiliki ekor seperti tuna, relatif ramping dan berotot, berguna untuk bergerak cepat menangkap mangsa.
"Ekor kuat dan berbentuk garpu serta tubuh yang ramping menjadi indikasi bahwa ikan ini bisa mencapai dan mempertahankan kecepatan lebih tinggi dari jenis Coelacanth lainnya," kata anggota tim peneliti, Mark Wilson dari University of Alberta, Kanada, yang melaporkan temuannya di Journal of Vertebrate Palaentology.
Menurut Andrew Wendruff, nama Rebellatrix menunjukkan bahwa Coelacanth ini benar-benar "rebel" alias pemberontak. Ikan ini bisa berenang, menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari mangsa dan menangkapnya dengan gerakan cepat.
"Jenis ini bisa melakukan apa pun yang Coelacanth lain tidak bisa melakukannya," ungkapnya.
Fosil Rebellatrix dikoleksi pada tahun 1950-an dan 1980-an di lembah Wapti Lake Provincial Park di British Columbia, Kanada. Area ini adalah wilayah pantai barat superbenua Pangaea pada masa lalu. Spesimen disimpan di Royal Tyrell Museum di Alberta dan Peace Region Palaentology Research Center di British Columbia. Identifikasi dimulai tahun 2009.
Berdasarkan analisis, Rebellatrix pertama kali muncul pada 250 juta tahun lalu, sesaat setelah kepunahan Permian, ketika 90 persen makhluk hidup di Bumi punah.
Wendruff berspekulasi bahwa kepunahan memberi ruang bagi organisme yang mampu bergerak cepat seperti Rebellatrix untuk berjaya. Maka, jenis ini mulai mendominasi pada masa itu.
John Long, pakar ikan Coelacanth dari Natural History Museum di Los Angeles County, California, mengungkapkan, penemuan ini menunjukkan bahwa evolusi bersifat plastis, sangat fleksibel.
Menurut Long, temuan ini sangat mengejutkan sebab setelah 200 juta tahun, ada jenis Coelacanthyang memiliki gaya hidup berbeda (gerak cepat) dari jenis Coelacanth lainnya (gerak lambat).
Meskipun demikian, akhirnya ditunjukkan bahwa Coelacanth yang bergerak lambatlah yang menang. Terbukti, mereka kini masih ada yang eksis, sementara yang bergerak cepat tinggal fosil.
Saat ini, hanya dua jenis Coelacanth yang masih hidup, yakni spesies Latimeria chalumnae di Afrika dan Latimeria menadoensis di Indonesia.

Kebutaan Dapat Disembuhkan Dengan Implan Mata Bionik


Anda pasti ingat dengan serial televisi The Six Million Dollar Man dengan implan mata bioniknya. Kini mata bionik menjadi kenyataan dengan pemasangan mikrochip di belakang mata.


Adalah Chris James, warga Inggris yang merasakan mukjizat. Setelah satu dekade mengalami kebutaan, implan mata bionik menyebabkannya kembali bisa melihat.


Sekarang James mampu melihat bentuk maupun cahaya dengan microchip di bagian belakang matanya, dekat retina. Mikrochip 3 mm persegi ini dipasang di Universitas Oxford, dan bekerja setelah tiga pekan.